30 Tahun Kerja Sama Royal Golden Eagle Dengan Petani

Posted by tania bae on April 22nd, 2018

Royal Golden Eagle Group, adalah sebuah korporasi yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam. Didirikan oleh pebisnis sukses Sukanto Tanoto pada tahun 1973 silam, korporasi yang awalnya bernama Raja Garuda Mas ini berhasil merajai sektor sumber daya alam dan berkembang hingga ke skala internasional. Dengan aset mencapai miliaran rupiah, tak heran jika RGE menjadi salah satu pemain besar dalam dunia industri.

Salah satu bidang yang menjadi andalan RGE adalah kelapa sawit. Di sektor ini, RGE memiliki anak perusahaan yakni Asian Agri yang didirikan sejak tahun 1979. Memulai perkebunan pertamanya di area Gunung Melayu pada tahun 1983, saat ini Asian Agri menjadi pemain besar dalam industri kelapa sawit Asia dengan kapasitas produksi mencapai satu juta ton per tahunnya. Kesuksesan ini tak lepas dari kemampuan Asian Agri mengelola perkebunan demi menjaga suplai bahan baku. Unit bisnis RGE ini mengelola lahan seluas 160 ribu hektare untuk ditanami kelapa sawit. Tidak semua dari total lahan tersebut dikelola oleh Asian Agri sendiri, melainkan sebanyak 60 ribu hektare dikelola oleh para petani plasma. Jejak kemitraan antara Asian Agri dengan petani kelapa sawit ini memang sudah dimulai sejak dahulu kala, bahkan Asian Agri sendiri tercatat menjadi pelopor untuk sistem kemitraan antara industri besar dengan petani di dunia industri kelapa sawit Indonesia. Saat ini, terhitung genap sudah 30 tahun jejak kerja sama antara RGE melalui Asian Agri dengan para petani sawit.

Kemitraan ini bermula pada tahun 1987 silam. Saat itu, pemerintah Indonesia tengah menggencarkan program transmigrasi demi pemerataan penduduk. Masyarakat diajak untuk bermigrasi ke area luar Jawa yang masih sepi penduduk demi kehidupan yang lebih baik serta populasi yang lebih merata. Pemerintah juga menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk dukungan agar para transmigran bisa hidup mandiri. Di tahun 1979 sampa 1984, akhirnya terjadi perpindahan besar dari Pulau Jawa dengan tak kurang dari dua juta penduduk meninggalkan pulau ini untuk mengikuti program transmigrasi. Pemerintah pun memberi dukungan berupa pemberian lahan seluas dua hektare yang dapat dimanfaatkan transmigran sebagai modal hidup.

Kebijakan yang digencarkan oleh pemerintah ini pun direspon dengan baik. Bak gayung bersambut, ketika sistem plasma inti dalam industri kelapa sawit dicetuskan, Asian Agri segera menyambutnya sehingga pada tahun 1987, jadilah Asian Agri menjalin hubungan dengan petani kelapa sawit. Di sistem plasma inti ini, perusahaan seperti Asian Agri bertindak sebagai inti dengan memberikan dukungan mulai dari infrastruktur yang memberikan kemudahan akses, pengetahuan mengenai industri dan teknologi, juga pendampingan kegiatan bertani. Tujuan akhirnya tentu saja supaya pendapatan yang diperoleh oleh petani. meningkat. Di sisi lain, hasil perkebunan petani plasma ini nantinya diberikan kepada perusahaan inti dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah, tentunya secara adil.

Pola kemitraan ini ternyata berjalan dengan sukses. Kunci keberhasilan sistem ini terletak pada komitmen Asian Agri terhadap petani plasma yang konkret. Perusahaan ini tidak menganggap sistem kemitraan ini hanya sekedar seremonial atau bagian dari program corporate social responsibility saja, melainkan mereka bersungguh-sungguh dalam mengedukasi dan membimbing para petani plasma. Asian Agri bahkan memosisikan petani plasma ini sebagai bagian dari rantai proses produksi mereka.

https://id.linkedin.com/company/rge-pte-ltd
https://pendidikan.id/main/forum/berbagi-yang-kita-tahu/chit-chat/6920-keunggulan-perusahaan-royal-golden-eagle

Like it? Share it!


tania bae

About the Author

tania bae
Joined: January 26th, 2018
Articles Posted: 9

More by this author