Aktifitas bersih-bersih step pertama gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest,

Posted by Bondgoreng on August 8th, 2019

Himpunan tugas ditunaikan oleh tim beranggotakan 14 orang, yang telah ditugaskan untuk mengumpulkan 10 metrik ton dalam 45 hari.

Baca: Aki 80 Thn Sukses Taklukkan Everest


Kotoran yang dikumpulkan pada Kampanye Pembersihan Everest juga kaleng kosong, botol, plastik, dan peralatan pendakian yang dibuang.

Helikopter militer sudah menolong melenyapkan sampah, dan tim diatur untuk naik ke kamp yang lebih tinggi untuk mengumpulkan lebih banyak.

Bukan hanya sampah, tim termasuk mendapatkan mayat. Ada empat mayat ditemukan di gunung setinggi 8.848 meter, kata para pejabat.

Baca: 10 Pendaki Gunung Everest Tertimbun Longsor

"Tim kita sekarang sudah meraih Kamp Pangkalan Everest untuk kampanye pembersihan. Semua perihal yang diperlukan juga makanan, air dan daerah tinggal udah diatur di sana," kata Dandu Raj Ghimire, direktur jenderal Departemen Pariwisata Nepal, menyebutkan terhadap hari Minggu, menurut The Himalayan Times.

Sampah di Gunung Everest.[CNN]

Pemerintah Nepal dan penduduk setempat udah lama bergelut dengan masalah limbah di gunung, saat pendaki berasal dari seluruh dunia berkunjung tiap tiap tahun untuk mencoba mendaki puncaknya.

ADVERTISEMENT


Sejak 2011, upaya teratur sudah dilakukan untuk memulihkan sebagian ton sampah dari gunung, dan sistem pengelolaan limbah udah diperkenalkan.

Menurut Everest Summiteers Association, peningkatan pengunjung yang terlalu besar di dalam beberapa dekade terakhir udah berdampak kritis terhadap lingkungan gunung yang sensitif.

Pemerintah termasuk memperkenalkan uang deposit untuk pendaki terhadap th. 2014, yang dikembalikan jika mereka kembali ke pangkalan gunung bersama dengan delapan kilogram sampah.

Baca: Wanita Ini Mendaki Everest Dua Kali Seminggu

Pada bulan Februari, Cina melarang non pendaki dari sisi gunung di dalam usaha kurangi limbah.

Tapi tim bukan cuma punyai masalah sampah, tetapi terhitung perubahan iklim, yang mencairkan salju di gunung lebih cepat dan ironinya mengungkap makin banyak mayat.

Lebih berasal dari 200 pendaki gunung tewas di puncaknya sejak 1922, kala kematian pendaki pertama di Everest dicatat. Kebanyakan mayat diyakini tetap terkubur di bawah gletser atau salju gunung Everest.

Sekitar 300 pendaki telah meninggal sejak pertama kali Gunung Everest berupaya didaki. 200 di antaranya dianggap masih terkubur di bawah tumpukan salju dan es di gunung tertinggi di dunia itu.

Sekarang, mayat para pendaki itu berpotensi muncul. Semua dikarenakan perubahan iklim yang memicu es di sana mencair Yuk Baca Jual Keranda Ambulance.

"Karena pemanasan global, susunan es dan gletser dengan cepat meleleh. Akibatnya, jasad pendaki yang sepanjang ini terkubur menjadi terekspos," kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Nepal Mountaineering Association.

"Kami udah membawa turun beberapa jasad pendaki yang meninggal beberapa tahun terakhir. Tapi yang udah lama meninggal sekarang termasuk jadi bermunculan," tambah dia kepada BBC.

Para petugas dari Expedition Operators Association of Nepal (EOAN) menyatakan ada masalah mempunyai jasad itu turun dari Gunung Everest. Mereka menyatakan, kudu ada hukum di Nepal yang melibatkan pemerintah didalam menanggapi masalah ini.

"Isu ini mesti diprioritaskan oleh pemerintah dan industri pendakian," kata Dambar Parajuli, presiden EOAN. "Jika mereka mampu melakukannya di Everest bagian Tibet, maka kami bisa melakukannya juga di sini," sambungnya.


Ilustrasi Base Camp Everest Foto: VANESSAL/Shutter Stock
Bagian Tibet, yang dikuasai China, udah laksanakan evakuasi pada jasad-jasad para pendaki berasal dari sisinya.

Pada 2017 dulu nampak tangan dari seorang pendaki di Camp 1. Para operator pendakian menyebutkan bahwa mereka kudu mengutus pendaki profesional dari komunitas Sherpa untuk mengevakuasi mayat itu.

Di th. yang sama, mayat lainnya nampak di daerah Khumbu Icefall. Menurut para pendaki, di wilayah itu banyak ditemukan mayat pendaki.

"Dalam beberapa th. terakhir, tangan dan kaki mayat juga terasa keluar di daerah basecamp," kata seorang anggota organisasi lingkungan non profit di tempat itu.

"Kami lihat bahwa susunan es di kira-kira basecamp semakin menipis beberapa th. terakhir. Itu adalah penyebab munculnya mayat-mayat ini," malah dia Dan Baca Juga Pemandian Jenazah Stainless Steel.

Es di Everest Menipis

Telah tersedia lebih dari satu hasil riset yang perlihatkan bahwa susunan di tempat Everest menipis dan meleleh bersama cepat. Sebuah riset di 2015 menemukan bahwa telaga-telaga di daerah Khumbu Glacier, yang kerap pendaki lintasi untuk menggapai puncak, melebar. Hal ini akibat makin cepatnya es meleleh di sana.

Pada 2016, tentara Nepal mengosongkan Danau Imja di dekat Gunung Everest. Hal ini karena air di danau telah bertambah banyak akibat perubahan iklim.

Tim peneliti dari Leeds University dan Aberystwyth University di Inggris dulu mempelajari Khumbu Glacier. Mereka mendapatkan temperatur es di sana lebih hangat berasal dari yang dikira sebelumnya. Es itu punyai temperatur minus 3,3 derajat Celcius.


Norden Camp Tibet. Foto: Shutterstock
Tidak semua mayat pendaki muncul berasal dari di dalam es gara-gara melelehnya susunan es. Ada yang terekspos sebab pergerakan Khumbu Glacier.

"Karena pergerakan Khumbu Glacier, dari selagi ke sementara kita memandang ada jasad pendaki," kata Tshering Pandey Bhote, wakil presiden Nepal National Mountain Guides Association. "Tapi kebanyakan pendaki sudah siap mental lihat panorama itu," malah dia.

Mayat Pendaki Jadi Penanda Jalan

Mayat para pendaki punyai peran unik bagi para pendaki Gunung Everest. Di area-area bersama ketinggian tinggi, tersedia beberapa mayat yang jadi penanda jalur bagi mereka yang dambakan mencapai puncak Everest.

Salah satunya seperti mayat "Green boots" yang ada di dekat puncak. Ini adalah sebutan bagi jasad seorang pendaki yang meninggal di bawah sebuah batu di rute pendakian. Sepatu hijaunya, tetap menempel di kaki pendaki malang itu.

{Menurunkan serta memindahkan mayat-mayat berasal dari daerah ketinggian tinggi ini butuh biaya yang terlampau mahal. Belum kembali bahaya yang mengintai. Ada ahli yang bilang biayanya mampu meraih pada 40 ribu hingga 80 ribu dolar AS. Itu kurang lebih Rp 400 juta hingga Rp 1 miliar.

"Contoh usaha evakuasi mayat adalah berasal dari ketinggian 8700 meter, dekat puncak," kata Ang Tshering Sherpa. "Mayat sudah sangat membeku dan memiliki berat 150 kilogram. Dan mayat harus disita berasal dari wilayah yang sulit dicapai.”


Gunung Himalaya Foto: Pixabay
Keputusan buat memindahkan jasad pendaki dari Gunung Everest adalah perihal yang personal, terkait permintaan tiap-tiap pendaki dan keluarga dan juga kerabatnya. "Kebanyakan pendaki lebih bahagia dibiarkan di gunung kala mereka meninggal," kata Alan Arnette, pendaki profesional.

"Maka pemindahan bakal terlihat seperti tidak menghormati terkecuali hanya sekadar untuk memindahkan mereka. Kecuali kecuali mereka sebetulnya wajib dipindahkan berasal dari rute pendakian atau atas permohonan keluarga," tambahnya.

Like it? Share it!


Bondgoreng

About the Author

Bondgoreng
Joined: August 8th, 2019
Articles Posted: 1